IDULFITRI PADA TITIK DIAM

Sumber gambar: pexels.com


Selamat Idulfitri untuk kaum muslim!

Tahun ini lagi-lagi kita tidak mendapat liburan panjang untuk merayakan hari yang suci. Di tahun-tahun lalu, liburan panjang Idulfitri sangat dinanti-nanti oleh masyarakat di negara ini,  terutama bagi yang tinggal berjauhan dengan keluarganya. Fasilitas transportasi umum selalu dipenuhi oleh penumpang. Tiket perjalanan telah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya untuk mencegah kehabisan. Stasiun sangat sesak, bandara sungguh ramai, terminal padat pengunjung. Pelabuhan pun demikian, kapal masih menjadi transportasi pilihan. Pulang ke kampung halaman menemui orangtua, dan dapat mencium tangan mereka, bukankah itu sesuatu yang puitis?

Di malam takbir, jalan raya akan dipadati rombongan takbiran dari masjid-masjid, dan orang-orang yang menontonnya. Takbir keliling begitu meriah dengan beragam kreativitasnya. Lampion, kostum, drum band. Pagi hari saat takbir bergema, kaum muslim terbangun dan mempersiapkan dirinya menuju ke masjid atau lapangan untuk menunaikan salat Id bersama. Jamaah di alun-alun kota biasanya sangat banyak. Di sana, siapa pun dapat bertemu dengan saudara atau teman lama. Setelahnya, acara silaturahmi dilakukan. Keluarga dan teman-teman saling berkunjung.  Sebelumnya, semua berlangsung begitu saja, sangat biasa.

Tahun 2020 saat pandemi Covid 19 mulai melanda dunia membuat segalanya dipaksa untuk menjadi berbeda. Tahun ini masih seperti tahun lalu, kita belum dapat melakukan mobilitas dengan leluasa, tapi  saya mulai terbiasa dengan itu. Tidak ada liburan panjang lagi saat Idulfitri, dan tidak bisa pulang lagi untuk mengunjungi keluarga di kota kelahiran.

Dahulu saat masih kuliah di Yogyakarta, saya selalu ingin merasakan suasana hari raya di kota ini. Akhirnya impian bertahun-tahun lalu dapat saya realisasikan pada Lebaran dua tahun ini. Memang tidak seperti Lebaran yang dulu, yang ramai dan meriah. Namun sekarang saya tidak sendirian, saya melalui hari-hari bersama suami dan anak lelaki yang sangat lucu. Saudara-saudara suami juga tinggal di kota ini. Di sini, saya selalu menemukan keluarga.

Kami berkunjung ke rumah orangtua di Yogyakarta. Di sana keluarga lain pun berkumpul. Saya dan keluarga masih sangat hati-hati meski telah mendapakan vaksin Covid lengkap. Untungnya panggilan video saat ini sangat mudah untuk dilakukan sehingga saya pun dapat terhubung dengan keluarga di kota lain.

Pertemuan keluarga menjadi lebih singkat, tidak ada lagi perkumpulan besar halal bi halal yang dulu selalu diadakan setiap tahun. Di acara itu keluarga besar dapat berkumpul, makan bersama, anak-anak pun berlarian memeriahkan acara. Tentu saja foto bersama merupakan acara puncak yang sangat penting, karena kelak foto keluarga itu akan menjadi kenangan yang ingin diulang.

Salah satu yang membuat saya gembira adalah, pada Idulfitri tahun ini, saya tetap dapat makan ketupat opor dan sambal goreng. Meski banyak yang merasa bosan dengan makanan itu, tapi buat saya, memakannya di hari raya rasanya sungguh nikmat. Ibu mertua memasaknya sendiri, dan rasa masakannya selalu enak.

Sesampainya di rumah, saya sadar, kami membutuhkan waktu untuk beristirahat, menjalani hari yang suci ini dalam keheningan, jeda dari aktivitas. Setelah seharian kita membaca serta membalas pesan teks, kita memerlukan waktu untuk memaknai hari suci ini dari sudut pandang kita sendiri.

Saya mengingat bahwa banyak hal yang dapat saya syukuri. Makanan. Kesehatan. Rasa bahagia.  Keluarga. Segala hal! Merenungkan apa yang dapat saya lakukan agar menjadi manusia yang lebih baik.

Ramadan terasa begitu cepat berlalu. Semoga tahun depan keadaan akan jauh lebih baik. Semoga selain di hari raya ini kita dapat meluangkan waktu untuk datang menemui orangtua, saudara, istri, suami, nenek, kakek, sahabat lama, dan siapa pun yang kita sayangi, yang memiliki arti penting dalam kehidupan kita.

Saat bertemu mereka, mari kita tanyakan kabar dengan tulus, dan tidak perlu mengusik mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang siapa pun tidak tahu jawabannya. Yuk, kita katakan atau tanyakan hal-hal yang membuat mereka bersukacita.

“Bu, masakannya enak.”

“Pak, tanaman itu namanya apa? Bagus.”

“Wah, kamu masih suka baca buku. Lagi baca apa?”

“Kue bikinanmu enak.”

“Setelah pandemi berlalu, kamu ingin melakukan apa?”

Semoga kita semua sehat, sehingga kita dapat berkumpul, bercerita, tertawa, dan berpelukan seperti dulu dengan orang-orang terkasih. Saat ini, kita hangatkan hati kita dengan doa-doa bagi mereka yang belum dapat kita temui namun selalu kita rindukan. 

Weka Swasti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar