Tahun ini lagi-lagi kita tidak mendapat liburan panjang untuk merayakan hari yang suci. Di tahun-tahun lalu, liburan panjang Idulfitri sangat dinanti-nanti oleh masyarakat di negara ini, terutama bagi yang tinggal berjauhan dengan keluarganya. Fasilitas transportasi umum selalu dipenuhi oleh penumpang. Tiket perjalanan telah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya untuk mencegah kehabisan. Stasiun sangat sesak, bandara sungguh ramai, terminal padat pengunjung. Pelabuhan pun demikian, kapal masih menjadi transportasi pilihan. Pulang ke kampung halaman menemui orangtua, dan dapat mencium tangan mereka, bukankah itu sesuatu yang puitis?
Di malam takbir, jalan raya akan
dipadati rombongan takbiran dari masjid-masjid, dan orang-orang yang menontonnya.
Takbir keliling begitu meriah dengan beragam kreativitasnya. Lampion, kostum, drum
band. Pagi hari saat takbir bergema, kaum muslim terbangun dan
mempersiapkan dirinya menuju ke masjid atau lapangan untuk menunaikan salat Id
bersama. Jamaah di alun-alun kota biasanya sangat banyak. Di sana, siapa pun
dapat bertemu dengan saudara atau teman lama. Setelahnya, acara silaturahmi dilakukan.
Keluarga dan teman-teman saling berkunjung. Sebelumnya, semua berlangsung begitu saja,
sangat biasa.
Tahun 2020 saat pandemi
Covid 19 mulai melanda dunia membuat segalanya dipaksa untuk menjadi berbeda. Tahun ini masih
seperti tahun lalu, kita belum dapat melakukan mobilitas dengan leluasa, tapi saya mulai terbiasa dengan itu. Tidak ada
liburan panjang lagi saat Idulfitri, dan tidak bisa pulang lagi untuk mengunjungi keluarga di
kota kelahiran.
Dahulu saat masih kuliah di
Yogyakarta, saya selalu ingin merasakan suasana hari raya di kota ini. Akhirnya
impian bertahun-tahun lalu dapat saya realisasikan pada Lebaran dua tahun ini.
Memang tidak seperti Lebaran yang dulu, yang ramai dan meriah. Namun sekarang
saya tidak sendirian, saya melalui hari-hari bersama suami dan anak lelaki yang
sangat lucu. Saudara-saudara suami juga tinggal di kota ini. Di sini, saya selalu menemukan keluarga.
Kami berkunjung ke rumah orangtua di
Yogyakarta. Di sana keluarga lain pun berkumpul. Saya dan keluarga masih sangat
hati-hati meski telah mendapakan vaksin Covid lengkap. Untungnya panggilan
video saat ini sangat mudah untuk dilakukan sehingga saya pun dapat terhubung
dengan keluarga di kota lain.
Pertemuan keluarga menjadi lebih
singkat, tidak ada lagi perkumpulan besar halal bi halal yang dulu selalu
diadakan setiap tahun. Di acara itu keluarga besar dapat berkumpul, makan
bersama, anak-anak pun berlarian memeriahkan acara. Tentu saja foto bersama
merupakan acara puncak yang sangat penting, karena kelak foto keluarga itu akan
menjadi kenangan yang ingin diulang.
Salah satu yang membuat saya gembira
adalah, pada Idulfitri tahun ini, saya tetap dapat makan ketupat opor dan
sambal goreng. Meski banyak yang merasa bosan dengan makanan itu, tapi buat
saya, memakannya di hari raya rasanya sungguh nikmat. Ibu mertua memasaknya
sendiri, dan rasa masakannya selalu enak.
Sesampainya di rumah, saya sadar,
kami membutuhkan waktu untuk beristirahat, menjalani hari yang suci ini dalam
keheningan, jeda dari aktivitas. Setelah seharian kita membaca serta membalas
pesan teks, kita memerlukan waktu untuk memaknai hari suci ini dari sudut
pandang kita sendiri.
Saya mengingat bahwa banyak hal yang
dapat saya syukuri. Makanan. Kesehatan. Rasa bahagia. Keluarga. Segala hal! Merenungkan apa yang
dapat saya lakukan agar menjadi manusia yang lebih baik.
Ramadan terasa begitu cepat berlalu. Semoga
tahun depan keadaan akan jauh lebih baik. Semoga selain di hari raya ini kita dapat
meluangkan waktu untuk datang menemui orangtua, saudara, istri, suami, nenek,
kakek, sahabat lama, dan siapa pun yang kita sayangi, yang memiliki arti
penting dalam kehidupan kita.
Saat bertemu mereka, mari kita
tanyakan kabar dengan tulus, dan tidak perlu mengusik mereka dengan
pertanyaan-pertanyaan yang siapa pun tidak tahu jawabannya. Yuk, kita katakan atau
tanyakan hal-hal yang membuat mereka bersukacita.
“Bu, masakannya enak.”
“Pak, tanaman itu namanya apa?
Bagus.”
“Wah, kamu masih suka baca buku. Lagi
baca apa?”
“Kue bikinanmu enak.”
“Setelah pandemi berlalu, kamu ingin
melakukan apa?”
Semoga kita semua sehat, sehingga
kita dapat berkumpul, bercerita, tertawa, dan berpelukan seperti dulu dengan
orang-orang terkasih. Saat ini, kita hangatkan hati kita dengan doa-doa bagi
mereka yang belum dapat kita temui namun selalu kita rindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar